Sang Maharaja

Setelah beberapa tahun tertunda, akhirnya aku memutuskan memiliki buku ini
Kemudian menghabiskan membaca dalam beberapa hari. Pada saat aku terpuruk secara psikologis, down grade secara mental, dan kehilangan gairah untuk berbagai aktivitas kebanyakan manusia modern.
Aku terlempar di kegelapan belantara lipatan kesadaranku sendiri.

Sang Maharaja

Membaca makna yang terhampar dari ceruk dan relung kisah penokohan di dalamnya terasa membuka pintu-pintu kesadaran yang lebih njlimet. Mengobrak abrik logika dan mengacak-acak nalar yang terbangun dalam pola rapi kesepakatan mainstream.
Semacam petualangan baru dengan berbagai tantangan yang seksi.

Bagiku yang memiliki “mata aneh” untuk selalu gembira melihat “sisi lain” dari hamparan penampakan realitas, Anand menuliskan narasi yang menakjubkan.

Bukan sekedar kisah mitologi tokoh A dan tokoh B yang hidup di garis waktu ribuan tahun lalu. Tetapi itu menjadi titik-titik portal menuju bentangan skenario terbentuknya peradaban kehidupan bumi sejak ratusan ribu tahun lalu hingga saat ini.
Saat di mana aku dan kita semua sering menghabiskan waktu mengutuk dan menyinyiri berita berseliweran di beranda sosial media.

Renunganku menghancurkan kemapanan pikiran, lamunanku terlalu mirip halusinasi.
Bahwa ketika Roh kehidupan tertiupkan di dalam tubuh kita dan segala keberadaan, Hidup menyematkan sebuah perangkat bernama “naluri bertahan hidup”.

Naluri inilah yang membuat manusia dari berbagai ras beserta evolusi yang menyertainya, menjadi “para pencipta” atas nama bertahan hidup.
Naluri yang mengembangkan sayap dengan piranti kehendak bebas itu memunculkan sifat-sifat niscaya dalam diri manusia, yang dalam penggambaran berikutnya menjelma menjadi “dasamuka”

Sang Maharaja

Ya, kita semua adalah dasamuka, tanpa itu peradaban manusia tidak akan sampai melahirkan kita saat ini. Kita tidak akan ada karena begitu tercipta kehidupan, itu akan langsung tergulung, dan kembali kepada “ketiadaan”.

Sejujurnya watak dasamukalah yang menciptakan peradaban manusia turun temurun dan layak kita sebut “kehidupan”.

Akhirnya aku menertawakan diriku sendiri…betapa seluruh hidup ini adalah prank belaka.
Kita tidak ada, yang ada hanya Sang Maha Pembuat prank itu.

Jika aku boleh menjadi ciptaan yang paling tidak tau diri, aku akan membuat kesimpulan yang paling jahat dan paling mengerikan.

“Kebodohan terbesar yang dilakukan umat manusia adalah melestarikan naluri bertahan hidup”

Jika anda sedikit keluar dari doktrin kewarasan dan tertarik memahami makna isi kisah buku ini, anda mungkin akan sedikit paham racauan yang ku tulis di atas.

Sang Maharaja

https://nunikcho.com


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.